Kisah Cawan dengan Manusia



Manusia terlahir seperti sebuah cawan yang masih putih bersih dengan bentuk yang beragam. Cawan putih ini bisa diisi apapun namun setiap manusia memiliki kapasitas cawan sesuai dengan dirinya. Untuk itu lah, setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing.

Selama manusia hidup bagai merawat si cawan putih bersih ini agar terlihat lebih indah. Lalu, manusia berlomba-lomba menghias cawan dirinya agar semakin bernilai harganya. Ada yang menghias cawan menjadi berlapis emas dan juga cawan bermahkota sehingga semua manusia takjub padanya.

Sebuah pemberian yang begitu luar biasa. Cawan tersebut adalah modal dasar bagi manusia yang menjadikannya ada atau tiada. Namun pemberian tetaplah pemberian, setiap cawan tak punya kuasa selain untuk dirinya dan menerima pemberian. Hingga saat itu tiba, pemberian itu akan ditarik kembali ke sang pemilik. Di sinilah cawan-cawan akan tampak beragam dari luar dan isinya.

Sebuah kebebasan yang begitu besar bagi setiap cawan dengan modal yang dimilikinya. Cawan-cawan tersebut ada yang begitu menarik dari luar namun berisi darah saudaranya. Ada yang begitu mempesona dari luar namun dalamnya berisi kebencian sesamanya. Seberapa indahnya cawan itu dari luar belum tentu sama dengan isinya.

Cawan bagai modal fisik, akal, dan mental yang dimiliki oleh manusia. Tentu modal tersebut bersifat sementara hingga suatu saat nanti akan diambil kembali. Di dunia yang serba indah kita berlomba-lomba menjadi yang terkuasa, termakmur, atau terkenal dengan segala modal yang dimiliki. Namun jangan sampai kita lalai akan sebuah tujuan terciptanya sebuah cawan.

Cawan adalah sebuah wadah tempat diisinya berbagai, hal bisa jadi baik atau buruk tergantung bagaimana kita memilihnya. Kita harus selalu ingat bahwa sebuah cawan yakni modal dasar kita, pada suatu saat akan kembali. Lalu, mau seperti apakah cawan ini akan kembali kepada sang penciptanya.

Dalam hidup ini jangan sampai kita terlalu fokus memperindah apa yang tampak diluar apalagi sekadar terlihat hebat dengan sesama manusia. Kita justru sering melupakan mengisi diri kita dengan hal-hal kebaikan sehingga akan terlihat indah dari atas oleh sang pencipta. Justru yang membuat diri kita kian berharga adalah isinya bukan bungkusnya. Seperti madu bila mana dipindah wadahnya berkali-kali akan tetap menjadi madu.

Comments

Popular Posts

Sikap Seorang Pemimpin

Ulasan Buku “Master Your Time Master Your Life” : Strategi Jitu Mengatur Waktu

Semangat Kerja Keras